Perbuatan yang Diharamkan (Bagian 1)




Oleh : Ustadz Firanda Andirja, MA
Dari AL-Mughirah bin Syu'bah radhiyallahu'anhu, dari Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya Allah subhanahuwata'ala mengharamkan atas kalian: Durhaka kepada Ibu, mengubur anak-anak perempuan hidup-hidup, hanya sekedar bisa menuntut hak sementara tidak menunaikan hak orang lain (banyak menuntut sesuatu yang tidak pantas dituntutnya), mengatakan "katanya dan katanya" (banyak menukil perkataan manusia), terlalu banyak bertanya (meminta) dan membuang-buang (menyia-nyiakan) harta." Muttafaqun 'alaih

Hadits ini mencakup beberap perkara yang diharamkan dalam syari'at
PERTAMA: Durhaka kepada para ibu
dikhususkan penyebutan "ibu" disini karena keagungan ibu. Kita tahu bahwa durhaka kepada ayah pun dosa besar. Ayah memiliki banyak jasa terhadap anak, dialah yang telah bersusah payah (membanting tulang) dan mencari rizqi, bahkan harus bergadang, dibawah terik matahari, mengeluarkan keringat, terkadang harus menahan malu demi untuk bisa mencari rizqi dan menafkahi istrinya dan juga anaknya.

Durhaka kepada Ayah adalah dosa besar tetapi durhaka kepada ibu lebih besar lagi dosanya. Dalam satu hadits Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam : Ada seorang laki-laki bertanya,"Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk aku pergauli dengan baik?" Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam mengatakan "Ibumu". Kemudian dia bertanya lagi: "Kemudian siapa?". Rasulullah mengatakan "Ibumu". Kemudian dia bertanya lagi (untuk yang ke-3 kali): "Kemudian siapa?". Rasulullah mengatakan: "Ibumu". Kemudian bertanya lagi: "Siapa setelah itu?". Rasulullah mengatakan:"Ayahmu."

Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam menyebutkan ibu sampai tiga kali dan ayah yang keempat menunjukkan bahwasanya bakti kepada ibu harus lebih dari pada kepada ayah.

Dikhususkan juga penyebutan ibu, karena : Ayah biasanya memiliki kekuatan dan hibah (kedudukan sehingga anak takut kepada ayah).
Berbeda dengan ibu. Ibu wanita lemah yang terkadang lemah lembut, penuh dengan perasaan sehingga anak-anak biasanya lebih berani membentak ibuunya, lebih berani untuk membangkang terhadap ibunya. Oleh karenanya Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam mengkhususkan penyebutan para ibu karena melihat kondisi lemahnya para ibu. Jika kita perhatikan ibu, maka luar biasa jasa yang telah diberikan ibu kita kepada kita dan kita tidak mungkin membalas jasa ibu. Betapapun kita berbuat baik, memberikan harta dan waktu sebanyak apapun yang kita berikan kepada ibu maka tetap saja kita tidak bisa membalas jasa ibu. 

Oleh karenanya seorang yang cerdas hendaknya dia mencari pahala yang sebesar-besarnya yaitu dengan membuat senang hati ibunya. Ingatlah ibunya telah merasakan penuh kesulitan, sebagaimana firman Allah Subhanahu wata'ala : "Ibunya telah mengandungnya dalam kondisi lemah yang bertambah-tambah." (Qs Luqman:14). Setiap saat semakin bertambah rasa sakit yang dirasakannya. Saat mengandung, ibu tidak sembarang makanan bisa masuk ke mulutnya karena senantiasa muntah, terkadang ibu harus makan yang dia tidak sukai demi kesehatan dan kebaikan sang janin. Maka ibu bersusah payah demi kebaikan kita saat kita masih dalam perut.

Kemudian semakin besar perutnya semakin sulit yang ibu rasakan sampai akhirnya diujung tatkala ibu bertarung dengan kematian saat melahirkan kita. Sungguh para ibu saat akan melahirkan anak-anaknya, maka mereka sedang berada di depan pintu kematian. Betapa banyak para ibu yang meninggal dunia tatkala melahirkan anaknya. Namun yang mereka rindukan adalah agar anak-anak bisa lahir dengan penuh selamat.

Diantara pintu surga yang paling besar adalah dengan berbakti kepada ibu. Seorang salaf bernama Muhammad Ibnul Al Munkadir mengatakan: "Saya bermalam sambil memijit kaki ibu saya sementara saudara kandung saya bermalam sambil shalat malam (semalam suntuk). Saya tidak mau pahala saya ditukar dengan pahala saudaraku." Lihatlah bagaimana seorang salaf ini mengerti betul bahwasanya menyenangkan hati seorang ibu pahalanya besar sehingga dia mengatakan hal seperti itu. 

Sebagaimana pula perkataan seorang penyair: "Keridhaanmu wahai ibunda merupakan rahasia sukses yang kau peroleh." Oleh karena seseorang berusaha untuk membahagiakan ibunya maka Allah akan mudahkan bagi dia segala urusan. "Barangsiapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya maka sambunglah silaturrahim." Apalagi yang kita sambung silaturahim adalah ibu kita, dialah puncak dari silaturahim.

Bersambung
wassalamu'alaikum warahmatullahi wabaraktuh
by: Aina Azzahrah



Komentar

Postingan Populer